Wonosari, DQ Online.
Sekaten merupakan salah satu agenda budaya yang rutin
dilaksanakan setiap tahun oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Acara ini dilaksanakan dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad
SAW yang jatuh pada tanggal 5 Rabiul Awal (kalender Hijriah) atau tanggal 5
bulan Maulud (Kalender Jawa). Pada mulanya, acara ini adakan sebagai syi’ar
agama Islam oleh Sultan Hamengku Buwono I kepada masyarakat Ngayogyakarta
Hadiningrat. Namun, Sekaten saat ini lebih condong kepada pesta rakyat dibandingkan
dengan syi’ar agama.
Asal-usul istilah Sekaten sendiri berkembang dalam
beberapa versi. Versi pertama menyebutkan bahwa Sekaten berasal dari kata
syahadataini, dua kalimat yang ada dalam Syahadat Islam, yakni syahadat taukhid
dan syahadat rasul. Hal ini dikaitkan dengan misi utama yang dibawa oleh Sultan
HB I, bahwa Sekaten adalah ajang syi’ar agama. Sedangkan versi lainnya adalah
Sekaten berasal dari kata Sekati, yaitu nama dari dua perangkat pusaka Kraton
berupa gamelan yang disebut Kanjeng Kyai Sukati. Gamelan ini biasa ditabuh
dalam rangkaian acara peringatan Maulid Nabi Muhhamad SAW. Ada juga pendapat
yang mengatakan bahwa Sekaten berasal dari kata suka dan ati (senang hati),
karena orang-orang menyambut Maulud dengan rasa syukur dan bahagia.
Sebagai ungkapan rasa syukur tersebut, Sekaten juga
diwarnai dengan adanya Pasar Malam Perayaan Sekaten di Alun-alun Utara Keraton
Yogyakarta selama sebulan penuh. Pasar malam ini biasanya malah justru lebih
dikenal oleh masyarakat dan wisatawan dibandingkan dengan prosesi Sekaten itu
sendiri. PMPS merupakan perpaduan antara kegiatan dakwah Islam dan seni. Dakwah
Islam dilakukan di Masjid Agung Kauman, sedangkan pertunjukan seni
dilangsungkan di areal pasar malam.
Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) akan berlangsung
selama 35 hari bertempat di Alun-alun Utara DIY dan telah dibuka secara resmi
oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada hari Jumat tanggal 21
Desember 2012 dan direncanakan PMPS ini berakhir pada tanggal 24 Januari 2013,
dengan mengusung tema pameran Pembangunan DIY 2013 “Penguatan Daya Saing dan
Ketahanan Ekonomi Daerah untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”.
Ma’had Darul Qur’an Wal Irsyad (MDQI) dalam hal ini ikut
berpartisipasi pada kegiatan PMPS tersebut dengan membuka stand di Kantor
Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta. Materi pameran yang ditampilkan
pada sekaten kali ini adalah mengenal lebih jauh Ma’had Darul Qur’an Wal
Irsyad. Dalam pameran tersebut ditampilkan foto-foto kegiatan yang ada di MDQI
diantaranya mulai dari lembaga formal seperti RA Darul Qur’an, MTs Darul
Qur’an, MA Darul Qur’an dan SMK Darul Qur’an. Lembaga non formal diantaranya
Madrasah Diniyah Abdullah bin Mas’ud, Madrasah huffadz, Program Pembibitan
Hafalan Al-Qur’an (PPHA), Program Qiroatul Kutub (PQK), Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (KBIH) Muslimat NU Darul Qur’an, Wajar dikdas, dan Paket C. Selain
itu, Unit-unit usaha hasil kreatifitas santriwan santriwati MDQI juga tak luput
ditampilkan pada pameran tersebut seperti athiya collection, DQ technik, Tailor
DQ, DQ Catering, dan Darul Qur’an Digital Center (DQDC).
Ma’had Darul Qur’an Wal Irsyad (MDQI) yang sudah
menginjak usia 13 tahun ini, memang mengalami perkembangan yang begitu cepat
dan signifikan, baik dari segi pembangunan maupun dari segi akademik. Banyak
prestasi yang diperoleh para santri mulai dari tingkat kabupaten bahkan sampai
tingkat nasional. Beasiswa-beasiswa juga banyak berdatangan dari berbagai
lembaga dan instansi terkait yang memang berminat untuk memberikannya kepada
para santri Ma’had Darul Qur’an Wal Irsyad. Melihat antusiasme masyarakat yang
begitu tinggi ini, harapan kami semoga kehadiran Ma’had Darul Qur’an Wal Irsyad
(MDQI) ini bisa memberikan manfaat dan kontribusi yang baik bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia.
Terimakasih